Syahadatain
memiliki makna beritikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak disembah
kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mengakui secara lahir batin bahwa Nabi
Muhammad adalah hamba Allah dan RasulNya yang diutus kepada manusia sevara
keseluruhan, sehingga sebagai seorang muuslim memiliki konsekuensi untk
mengamalkan, mentaati perintahNya serta menjauhi laranganNya dan tidak
mempersekutukan Allah.
Dalam
Surat Al-Baqarah ayat 21 dan 22 Allah berfirman
يَـٰٓأَيُّہَا
ٱلنَّاسُ ٱعۡبُدُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُمۡ وَٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ
تَتَّقُونَ (٢١) ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ فِرَشً۬ا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءً۬
وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً۬ فَأَخۡرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٲتِ رِزۡقً۬ا لَّكُمۡۖ
فَلَا تَجۡعَلُواْ لِلَّهِ أَندَادً۬ا وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ (٢٢)
Artinya:
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa. (21) Dialah Yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air [hujan] dari
langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki
untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah [5]
padahal kamu mengetahui”. (22). (Q.S. Al-Baqarah [2]: 21-22).
Kemudian
ditegaskan pula dalam Hadist Rasulullah yang berbunyi
بني
الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله، وإقام الصلاة، وإيتاء
الزكاة، وصوم رمضان، وحج البيت
“Islam
dibangun di atas lima perkara: (1) Syahadat bahwa tiada tuhan yang berhak
disembah dengan benar selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah; (2)
Menegakkan shalat; (3) Menunaikan zakat; (4) Puasa di bulan Ramadhan; dan (5)
Berhaji ke Baitullah.” (HR. Al-Bukhari no.8 dan Muslim no. 16).
Layaknya
ibadah lain yang memiliki syarat agar diterima ibadahnya, dalam syahadat pun
ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh setiap muslim agar diterima
syahadatnya. Antara lain :
1. Ilmu
Yang Menghilangkan Kejahilan
Makna disini adalah bahwa
kita memahami makna dan maksud atas apa yang telah ditetapkan dan
dilarang,serta menafikan ketidaktahuan dengan hal tersebut.
Allah Ta’ala berfirman,
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ
يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
“Maka ketahuilah, bahwa
sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan
bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu’min, laki-laki dan perempuan. Dan
Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu.” (QS. Muhammad, 47
: 19)
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ
أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa mati dalam
keadaan mengetahui bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah, maka
dia akan masuk surga.” (HR. Muslim)
2. Keyakinan
Yang Menghilangkan Keraguan
Setiap muslim yang
mengucapkan kalimat syahadat memiliki keyakinan dengan apa yang terkandung
didalamnya secara pasti tanpa ada keraguan sedikitpun. seorang yang beriman
kepada Allah dan RasulNya tidak pernah ragu-ragu atas segala perintah yang
telah Allah dan RasulNya perintahkan.
Allah Ta’ala berfirman
dalam surat Al-Hujurat ayat 15
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ
آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ
وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
“Sesungguhnya orang-orang
yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa
mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS.
Al-Hujurat, 49: 15)
3. Keikhlasan
Yang Menghilangkan Kesyirikan
Ikhlas disini maksudnya
memurnikan segala amal niat dengan sebenarnya dari segala hal bentuk yang
mempersekutukan Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا
إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ
إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
“Ingatlah, hanya
kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang
mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka
melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”.
Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka
berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang
pendusta dan sangat ingkar.” (QS Az-Zumar:3)
4. Kejujuran
Yang Menghilangkan Kedustaan
Saat mengucapkan syahadat
dengan jujur dari hati dan lisan tanpa ada kedustaan sedikitpun yang terkandung
didalamnya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ
آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
“Di antara manusia ada
yang mengatakan: ‘Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian’, padahal mereka
itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan
orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang
mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 8-9)
Dalam sebuah Hadist
shahih Rasulullah menegaskan tentang hal ini, Beliau bersabda:
ما من أحد يشهد أن لا إله إلا
الله وأن محمدا عبده ورسوله صدقا من قلبه إلا حرمه الله على النار
“Tidak seorang pun yang
bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan
Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya secara jujur dari hatinya melainkan
Allah akan haramkan dirinya dari neraka.” (HR. Bukhori & Muslim)
5. Kepatuhan
Yang Menghilangkan Penolakan
Syahadat memiliki
konsekuensi dalam segala aspek kehidupan seorang muslim. ketika seorang mulim
bersyahadat maka ia harus patuh terhadap segala syariat Allah Ta'ala serta
tunduk dan berserah diri kepadaNya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى
اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى وَإِلَى اللَّهِ
عَاقِبَةُ الْأُمُورِ
“Dan barangsiapa yang
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada
Allah-lah kesudahan segala urusan.” (QS. Luqman, 31: 22)