Besok sudah
tanggal 10 Dzulhijjah, Umat Islam akan melaksanakan ibadah sholat Idul Adha dan
penyembelihan hewan qurban sampai hari Tasyriq 11,12 dan 13 Hijriyah. Berqurban
memiliki banyak hikmah yang terkandung didalamnya. Hewan qurban sendiri adalah
hewan ternak yang disembelih pada hari Idul Adha dan hari Tasyriq dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah karena datangnya hari raya tersebut. Hewan ternak
yang boleh untuk qurban sendiri yakni kambing,domba,sapi,kerbau, dan unta. Selain
hewan tersebut tidak dibolehkan untuk diqurbankan.
Diantara ketiga
jenis hewan qurban maka menurut mayoritas ulama yang paling utama adalah
berqurban dengan onta, kemudian sapi kemudian kambing, jika biaya pengadaan
masing-masing ditanggung satu orang (bukan urunan). Dalilnya adalah jawaban
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya oleh Abu Dzar radhiallahu
‘anhu tentang budak yang lebih utama. Beliau bersabda, “Yaitu budak yang lebih
mahal dan lebih bernilai dalam pandangan pemiliknya” (HR. Bukhari dan Muslim).
(lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/374)
Qurban sendiri
memiliki banyak kandungan didalamnya. Berikut hikmah yang terkandung dalam
berkurban, diantaranya :
1.
Mengenang betapa cintanya Nabi Ibrahim kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala
Momentum qurban senantiasa mengingatkan kepada kita
tentang bagaimana kecintaan Nabi Ibrahim kepada TuhanNya dan keikhlasan dia
menjalankan perintah dari Allah dengan menyembelih Ismail. Bayangkan setelah
menunggu bertahun-tahun Nabi Ibrahim agar dikarunia anak, setelah anaknya Ismail
tumbuh besar Allah memberikan perintah untuk menyembelih anaknya sendiri, kalau
bukan asal dasar ketaqwaan dan kecintaannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
mustahil bakalan dilakukan hal tersebut.
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup)
berusaha bersamasama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”
(QS Ash-Shafaat [37] : 102)
Nabi Ismail pun menjawab:
“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
(QS Ash-Shafaat [37] : 102)
Nabi Ismail meminta ayahnya untuk mengerjakan apa yang
Allah perintahkan. Dan beliau berjanji kepada ayahnya akan menjadi seorang yang
sabar dalam menjalani perintah itu. Sungguh mulia sifat Nabi Ismail.
Allah melanjutkan kisahnya di dalam Al-Qur’an:
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim
membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).” (QS
Ash-Shafaat [37] : 103)
Nabi Ibrahim lalu membaringkan anaknya di atas pelipisnya
(pada bagian wajahnya) dan bersiap melakukan penyembelihan dan Ismail pun siap
menaati perintah ayahnya.
“Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan
mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami
tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS Ash-Shafaat [37] :
104:107)
Allah SWT menguji Nabi Ibrahim dengan perintah untuk
menyembelih anaknya tercinta, dan Nabi Ibrahim dan Ismail pun menunjukkan
keteguhan, ketaatan dan kesabaran mereka dalam menjalankan perintah itu.
Lalu Allah menggantikan dengan sembelihan besar, yakni
berupa domba jantan dari Surga, yang besar berwarna putih, bermata bagus,
bertanduk serta diikat dengan rumput samurah.
2.
Tanda orang bertaqwa
Menyembelih qurban merupakan salah satu syariat yang
telah Allah perintahkan. Dalam surat Al-kautsar ayat 2 Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan
berkorbanlah. (QS. Al-Kautsar : 2)”
Yang dimaksud: Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu;
dan berqurbanlah, adalah jadikanlah shalatmu hanya karena Allah dan jangan ada
niatan untuk yang selain-Nya. Begitu pula jadikanlah hasil sembelihan unta
ikhlas karena Allah. Jangan seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrik di
mana mereka melakukan sujud kepada selain Allah dan melakukan penyembelihan
atas nama selain Allah. Bahkan seharusnya shalatlah karena Allah dan lakukanlah
sembelihan atas nama Allah. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
(163)
“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku
(sembelihanku), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam.
Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku
adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al An’am:
162-163)
3.
Bentuk syiar Islam
Ibadah Qurban merupakan salah satu bentuk syiar yang
bisa dilakukan bagi setiap muslim yang mampu melaksanakannya dengan niatan
karena Allah. Sesuai dengan Firman Allah di surat Al-Hajj ayat 36 yang berbunyi
وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ
لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ ۖ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ ۖ فَإِذَا وَجَبَتْ
جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرْنَاهَا
لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu
sebahagian dari syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya,
maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan
berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah
sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya
(yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah
menundukkan untua-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur.” (QS.
Al-Hajj : 36).
4.
Sedekah yang paling utama
Jumhur ulama, menyatakan bahwa menyembelih qurban itu
lebih utama dibandingkan dengan sedekah yang lainnya.
Ibnul Qayyim berkata, “Menyembelih pada waktunya lebih
utama daripada sedekah dengan harganya, sekalipun dengan jumlah sedekah yang
lebih besar daripada harga Qurban, karena penyembelihan dan mengalirkan darah
itu sendiri menjadi sasaran, ia adalah ibadah yang disandingkan dengan shalat”.
Seperti Dalam surat Al-kautsar ayat 2 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan
berkorbanlah." (QS. Al-Kautsar : 2).
5.
Membangun kepedulian sosial
Menyembelih qurban dan membagikannya merupakan bentuk
kepedulian terhadap sesama. Ia merupakan ibadah yang bersifat horizontal, yang
berkaitan dengan sesama manusia. Kurban sendiri memiliki posisi strategis dalam
membangun kebersamaan dan pemerataan dalam masyarakat. Ia mampu membangun
kebersamaan dan keharmonisan hubungan di masyarakat.
6.
Menumbuhkan rasa syukur
Dengan melaksanakan qurban, kita menjadi hambaNya yang
senantiasa bersyukur atas nikmat dan karunia yang telah Allah berikan kepada
kita. Begitu melimpah nikmat yang telah Allah berikan kepada setiap
makhluk-Nya. Allah SWT berfirman
وَ اِنۡ تَعُدُّوۡا نِعۡمَۃَ اللّٰہِ لَا تُحۡصُوۡہَا ؕ اِنَّ
اللّٰہَ لَغَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak
akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha
Penyayang.”(QS. An-Nahl:18).
Tidak ada komentar: